
Pernyataan yang Menyesatkan tentang Merokok
Video yang viral di media sosial mengungkap pernyataan Ketua Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun, yang menyatakan bahwa tidak ada orang yang meninggal karena merokok. Menurutnya, hasil autopsi dokter tidak mencantumkan penyebab kematian akibat merokok, melainkan menyebut penyakit jantung, paru-paru, atau diabetes.
Pernyataan ini mendapat reaksi dari sebagian warganet yang menyayangkan pendapat tersebut. Mereka menilai bahwa sudah banyak literatur dan jurnal penelitian yang membuktikan dampak buruk merokok terhadap kesehatan. Beberapa dokter yang aktif di media sosial juga memberikan tanggapan, menekankan bahwa merokok adalah faktor risiko, bukan penyebab langsung kematian.
Perbedaan Antara Faktor Risiko dan Penyebab Kematian
Dalam pencatatan medis, yang dituliskan adalah riwayat penyakit seseorang, bukan aktivitas yang dilakukan sebelum meninggal. Misalnya, jika seseorang meninggal karena penyakit jantung, maka penyebab kematian yang dicatat adalah penyakit jantung, bukan kebiasaan merokok. Dengan demikian, menyatakan "tidak ada orang meninggal karena merokok" bisa menyesatkan publik, terlebih jika pernyataan itu dipotong dan diberi narasi yang membenarkan kebiasaan merokok.
Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa merokok aman atau bahwa banyak perokok hidup sehat hingga saat ini. Namun, narasi yang keliru dapat berdampak buruk, terutama jika masyarakat termakan informasi yang salah. Bahaya merokok tetap nyata, meskipun dampaknya mungkin baru terasa pada usia lanjut.
Dampak Merokok terhadap Kesehatan
Merokok merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi terhadap kematian dini dan kecacatan. Jurnal yang terbit di The Lancet pada Juni 2025 menunjukkan bahwa pada 2021, sebanyak 10,8 persen dari semua penyebab kematian di negara-negara ASEAN disebabkan oleh merokok. Beban kematian dini akibat merokok lebih tinggi daripada beban kehilangan kesehatan akibat penyakit lain.
Data dari Our World in Data menunjukkan bahwa tingkat kematian akibat merokok lebih tinggi pada orang yang berusia di atas 70 tahun, diikuti oleh mereka yang berusia 50-69 tahun. Hal ini menunjukkan betapa rentannya lansia terhadap dampak merokok, terutama jika mereka masih aktif merokok.
Merokok dan Penyakit Tidak Menular
Merokok turut menyumbang beban penyakit tidak menular. Sebanyak 13,9 persen dari semua kematian terkait penyakit tidak menular di wilayah ASEAN pada 2021 disebabkan oleh merokok sebagai faktor risiko. Penyakit jantung iskemik menjadi penyebab kematian tertinggi, diikuti oleh stroke dan penyakit paru obstruktif kronik.
Merokok meningkatkan risiko terkena penyakit tidak menular. Zat kimia dalam rokok dan asapnya secara perlahan merusak pembuluh darah dan mengganggu fungsi organ tubuh. Tidak ada tingkat paparan aman dari asap tembakau, sesuai dengan penjelasan WHO. Asap rokok menyebabkan penyakit kardiovaskular dan pernapasan serius, termasuk penyakit jantung koroner dan kanker paru-paru, serta membunuh sekitar 1,6 juta orang setiap tahun.
Biaya Ekonomi dan Perawatan Kesehatan
Sekitar 80 persen dari 1,3 miliar pengguna tembakau di seluruh dunia tinggal di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana beban penyakit dan kematian terkait tembakau paling berat. Kebiasaan merokok tidak hanya menjadi beban penyakit, tetapi juga ikut membebani pembiayaan perawatan kesehatan.
Banyak masyarakat dengan pendapatan ekonomi rendah memilih untuk tetap merokok karena merasa sulit untuk berhenti. Namun, biaya perawatan kesehatan yang mahal akibat merokok patut direnungkan. Merokok bisa memperparah kondisi kesehatan dan memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan.
Penyebab Dasar Kematian dan Sertifikat Kematian
Menjawab pertanyaan mengapa dokter tidak menuliskan "merokok" pada hasil autopsi, perlu diketahui bahwa penyebab dasar kematian adalah penyakit atau cedera yang memicu kematian. Surat keterangan kematian harus diisi berdasarkan penyakit atau kondisi medis, bukan aktivitas yang dilakukan.
Merokok termasuk tindakan atau aktivitas, bukan kondisi medis. Meskipun merokok berkontribusi terhadap kematian, ia tidak dicatat sebagai bagian dari surat keterangan kematian. Jika dokter mengetahui riwayat pasien yang merokok, ia akan mencatat penyakit seperti kanker paru atau penyakit jantung iskemik, yang dapat dikaitkan dengan merokok.
Pesan Penting tentang Bahaya Merokok
Bahaya merokok berkaitan erat dengan beban penyakit tidak menular dan kematian. Pertama, merokok dan kematian saling berhubungan. Merokok meningkatkan risiko kematian dan memperparah gejala penyakit atau menimbulkan penyakit baru. Kedua, merokok adalah faktor risiko, bukan penyebab langsung kematian. Ketiga, penting untuk membangun kesadaran tentang bahaya merokok dan menghindari narasi yang menyesatkan.
Dokter dan tenaga kesehatan terus mengedukasi masyarakat tentang bahaya merokok. Sudah seyogianya kita membantu mereka dengan mengingatkan antar sesama tentang bahaya merokok. Di sisi lain, kita tahu betapa sulitnya berhenti merokok. Banyak orang beralih ke rokok elektrik atau vape, yang dianggap lebih aman. Namun, judulnya tetap sama: merokok.
Sebuah pengingat bersama: "Mungkin sekarang merasakan nikmatnya merokok, merasa masih sehat dan kuat. Tapi jangan lupa, lama-lama merokok bisa saja merenggut kesehatan di masa mendatang. Sayangi jantung, paru-paru, dan organ tubuh lain."
0 Response to "Kaitan Erat Merokok dan Kematian"
Posting Komentar